Biasanya berisi beberapa triliun bintang, dengan massa antara beberapa juta hingga beberapa triliun kali dari matahari kita. Dengan luas beberapa ribu hingga 100.000 tahun cahaya. Mereka memiliki berbagai macam bentuk: Spiral, lenticular, elips dan tidak teratur. Selain bintang sederhana, mereka biasanya berisi berbagai jenis gugus bintang dan nebula. Kita hidup dalam sebuah galaksi spiral raksasa, Galaksi Bima Sakti, dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan matahari kita sebagai salah satu dari sekitar 100 miliaran bintang di galaksi Bima Sakti.
Gugus besar galaksi ini salah satu struktur terbesar di alam semesta dan diperkirakan terdiri dari ribuan galaksi serta masih banyak hal baru yang harus dipelajari mengenai apa yang ada di dalamnya.
Para peneliti di Amerika Serikat mengumumkan pada Rabu (15/8/2012) bahwa mereka telah menemukan gugus galaksi masif, salah satu struktur terbesar di alam semesta, yang berjarak 5,7 juta tahun cahaya dari Bumi dan memiliki rekor-rekor kosmik baru yang penting.
Pusat Astrofisika Harvard, Smithsonian menyatakan dalam siaran pers bahwa pengamatan terhadap gugus tersebut, yang menunjukan adanya tingkat pembentukan bintang yang tinggi, dapat mendorong para astronom berpikir ulang mengenai bagaimana struktur-struktur kolosal dan galaksi yang mendiaminya berevolusi seiring waktu.
Dengan nama resmi SPT-CLJ2344-4243, gugusan galaksi tersebut juga diberi nama “Phoenix” yang diambil dari burung mitologi yang bangkit dari kematian.
Hal itu sebagian terkait dari konstelasi di mana ia berada. Namun menurut Michael McDonald, anggota program Hubble di Massachusetts Institute of Technology, Phoenix juga melambangkan daya pikir hebat mengenai keajaiban astronomi terbaru.
“Sementara galaksi-galaksi di pusat sebagian besar gugus telah tidak aktif selama miliaran tahun, galaksi utama di gugus ini masih hidup dengan ledakan pembentukan bintang,” ujar McDonald, penulis utama makalan tentang Phoenix, yang muncul di jurnal Nature edisi 16 Agustus.
Berdasarkan pengamatan Observatorium Sinar-X Chandra di NASA, Teleskop Kutub Selatan milik Yayasan Sains Nasional di AS dan delapan observatorium lainnya, para peneliti mengatakan bahwa pusat gugus Phoenix terkait dengan pembentukan sekitar 740 massa matahari atau bintang per tahun.
Secara perbandingan, tingkat pembentukan bintang di gugus Perseus 20 kali lebih lambat daripada Phoenix.
“Kecepatannya sangat luar biasa,” ujar Marie Machacek, ahli astrofisika dari Observatorium Astrofisika Smithsonia. Ia mengatakan bahwa gugus besar seperti Phoenix diperkirakan terdiri dari ribuan galaksi dan masih banyak yang harus dipelajari mengenai apa yang ada di dalamnya.
Lubang hitam yang sangat masif di galaksi utama dari sebuah gugus sejak lama diasosiasikan dengan tingkat pembentukan bintang yang lambat, karena memompakan energi ke sistem dan mencegah pendinginan gas yang diperlukan dalam pembentukan bintang.
Namun para ilmuwan mengatakan bahwa ledakan bintang masif tampak di Phoenix, saat ia melahirkan dua bintang per hari, yang disimpulkan sebagai kegagalan lubang hitam dalam menghalangi aliran pendinginan yang sangat kuat.
“Bintang dibentuk di gugus Phoenix dengan kecepatan tertinggi yang pernah diamati di gugus galaksi,” ujar Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian dalam pernyataan kepada pers.
“Obyek ini juga merupakan produsen sinar-X yang paling kuat dan paling masif di antara gugus galaksi lain. Data yang kami peroleh juga menunjukkan bahwa tingkat pendinginan gas panas di wilayah sentral pada gugus adalah yang tertinggi yang pernah diamati.
Pusat Astrofisika Harvard, Smithsonian menyatakan dalam siaran pers bahwa pengamatan terhadap gugus tersebut, yang menunjukan adanya tingkat pembentukan bintang yang tinggi, dapat mendorong para astronom berpikir ulang mengenai bagaimana struktur-struktur kolosal dan galaksi yang mendiaminya berevolusi seiring waktu.
Dengan nama resmi SPT-CLJ2344-4243, gugusan galaksi tersebut juga diberi nama “Phoenix” yang diambil dari burung mitologi yang bangkit dari kematian.
Hal itu sebagian terkait dari konstelasi di mana ia berada. Namun menurut Michael McDonald, anggota program Hubble di Massachusetts Institute of Technology, Phoenix juga melambangkan daya pikir hebat mengenai keajaiban astronomi terbaru.
“Sementara galaksi-galaksi di pusat sebagian besar gugus telah tidak aktif selama miliaran tahun, galaksi utama di gugus ini masih hidup dengan ledakan pembentukan bintang,” ujar McDonald, penulis utama makalan tentang Phoenix, yang muncul di jurnal Nature edisi 16 Agustus.
Berdasarkan pengamatan Observatorium Sinar-X Chandra di NASA, Teleskop Kutub Selatan milik Yayasan Sains Nasional di AS dan delapan observatorium lainnya, para peneliti mengatakan bahwa pusat gugus Phoenix terkait dengan pembentukan sekitar 740 massa matahari atau bintang per tahun.
Secara perbandingan, tingkat pembentukan bintang di gugus Perseus 20 kali lebih lambat daripada Phoenix.
“Kecepatannya sangat luar biasa,” ujar Marie Machacek, ahli astrofisika dari Observatorium Astrofisika Smithsonia. Ia mengatakan bahwa gugus besar seperti Phoenix diperkirakan terdiri dari ribuan galaksi dan masih banyak yang harus dipelajari mengenai apa yang ada di dalamnya.
Lubang hitam yang sangat masif di galaksi utama dari sebuah gugus sejak lama diasosiasikan dengan tingkat pembentukan bintang yang lambat, karena memompakan energi ke sistem dan mencegah pendinginan gas yang diperlukan dalam pembentukan bintang.
Namun para ilmuwan mengatakan bahwa ledakan bintang masif tampak di Phoenix, saat ia melahirkan dua bintang per hari, yang disimpulkan sebagai kegagalan lubang hitam dalam menghalangi aliran pendinginan yang sangat kuat.
“Bintang dibentuk di gugus Phoenix dengan kecepatan tertinggi yang pernah diamati di gugus galaksi,” ujar Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian dalam pernyataan kepada pers.
“Obyek ini juga merupakan produsen sinar-X yang paling kuat dan paling masif di antara gugus galaksi lain. Data yang kami peroleh juga menunjukkan bahwa tingkat pendinginan gas panas di wilayah sentral pada gugus adalah yang tertinggi yang pernah diamati.